baner majalah

puspita tnew

Damai

Damai

Dulu, kata bapakku kepadaku

Le, hidup rukunlah kamu dengan adikmu

Karena jika kamu rukun dengan adikmu

Hidupmu akan  indah karena terasa damai

            Damai itu indah, damai itu syahdu

Damai itu tenang, damai itu tanpa kegaduhan

Selalu kuingat dalam benakku pesan bapakku itu kepadaku

Kulaksanakan nasihat itu sehingga kini

            Kini bapakku telah pergi, pergi dan takkan pernah kembali

Begitu banyak pesan dan nasihat bapakku kepadaku

Tak bosan-bosan ia berpesan

Tak henti-henti  ia mewanti

            Le, rukunlah kamu dengan adikmu

Tetaplah rukun meski beda pendapat

Tetaplah rukun meski beda kesukaan

Biarpun beda yang penting damai, karena kalian bersaudara. Kata bapakku

            Namun kini hatiku sedih, sedih terasa pilu

Melihat negeri yang sangat kucinta

Dikoyak, dicabik, dinista oleh yang durjana

Terasa hilang persaudaraan dan tak ada lagi kedamaian

            Aku rindu rasa damai seperti pesan bapakku

Aku rindu rasa damai seperti kata bapakku

Damai itu indah, damai itu syahdu

Damai itu tenang, damai itu tanpa kegaduhan

            Kemarin, negeriku dikoyak oleh kabar-kabar yang penuh kedustaan

Kemarin, negeriku dicabik oleh kebencian

Kemarin, negeriku dinista oleh cacian-cacian kotor dan tak senonoh

Oleh mereka para durjana

Tak ada lagi tenggang rasa

Saling mencaci tiada henti

Saling menghujat dengan cara yang tak beradab dan jahat

Saling menghina sampai ada yang harus terhina

            Hanya karena berbeda hingga tak saling sapa

Hanya karena tak sama hingga tak mau berjabat tangan

Dimana damai seperti pesan bapakku ?

Dimana damai seperti kata bapakku ?

            Saudaraku marilah kita rajut hari esok dengan saling menghormati

Kita rawat dan kita jaga kebhinekaan dengan harmoni

Kita bangun Ibu Pertiwi dengan moderasi

Harmoni dalam simponi persatuan

Moderasi dengan saling menghormati perbedaan (NH)

© PGRI Kabupaten Lampung Timur Powered By Mr.Zen

Pusat Inspirasi Anggota by Puspita-t